Jumat, 20 Agustus 2010

Turki Sejuk

DINASTI BANI SALJUQ: KEBANGKITAN ORANG TURK DAN AWAL PERANG SALIB

BANI SALJUQ: KEBANGKITAN ORANG TURK
DAN AWAL PERANG SALIB
Abdul Hadi W. M.
Di pentas sejarah Asia orang-orang Turk yang terbagi ke dalam beberapa rumpun etnik dan kebangsaan sekarang ini telah sejak lama memainkan peranan penting. Kemunculan mereka di panggung sejarah sangat terkait terutama dengan berkembangnya agama Islam dan kebangunan peradabannya. Dinasti-dinasti Turk awal terkenal dan memerintah wilayah luas ialah Dinasti Ghaznawi dan Saljug. Yang pertama menguasai wilayah Dekkan di India Utara hingga batas Afghanistan sekarang pada abad ke-10 – 14 M, sedang yang kedua yang muncul pada abad ke11 – 13 M menguasai wilayah-wilayah sebelah barat membentang dari Iran sampai Turki sekarang ini. Dinasti Turk lain yang terkenal ialah Mameluk yang menguasai negeri-negeri Arab pada abad ke13 – 14 M, kemudian Dinasti Usmaniyah.
Kekhalifatan Usmaniyah menguasai wilayah yang luas membentang dari Iraq sampai Afrika Utara, dari jazirah Arab sampai Turki dan Eropa Timur. Dinasti ini merupakan dinasti Muslim di Asia yang berkusa begitu lama, dari akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-20. Kerajaan-kerajaan Islam Nusantara yang bergantian muncul sepanjang bad ke-15 hingga 19 M, silih berganti menjalin hubungan diplomatik, kebudayaan dan perdagangan serta militer dengan penguasa Usmaniyah. Di antaranya kesultanan Banten dan Aceh Darussalam. Pangeran Diponegoro banyak mengambil inspirasi dalam perjuangannya menentang kolonialisme Belanda dari Sultan Abdul Hamid, sultan Turki terkenal akhir abad ke-18 M yang menggagaskan solidaritas Islam penentang penjahan Eropa.
Dinasti Mughal di India yang berkuasa dari awal abad-16 hingga awal abad ke-19 M sebenarnya juga keturunan orang Turk (Timur Leng) yang sudah bercampur dengan orang Mongol (Jenghis Khan). Dinasti Qajar yang memerintah Iran pada abad ke-19 M sebenarnya keturunan Turk Persia. Dalam karangan ini akan coba dipaparkan peranan Dinasti atau Bani Saljug dalam pentas sejarah Asia dan bagaimana kebangunan dinasti ini mempengaruhi perkembangan peradaban dan kebudayaan di Asia.
Bani Saljug berasal dari suku Turkoman, salah satu suku Turk yang terkemuka dan mendiangi wilayah Turkistan sekarang yang berbatasan dengan Mongolia dan Xinjiang Cina,. Mereka masih satu rumpun dengan orang-orang Mongol. Asal usul kemunculan keluarga Saljug k di panggung sejarah politik Islam bermula di Uighur. Pada tahun 840-6 M kemaharajaan Uighur runtuh disebabkan serbuan suku Kirghiz dan Karluk, dua suku penting bangsa Hun atau Tartar. Karena serbuan itu suku-suku Uighur pindah dari wilayah Orkhan ke bagian selatan lembah Tarim. Di situ mereka mendirikan kerajaan baru dengan Khasgar sebagai ibukotanya.
Saljug adalah seorang panglima perang kerajaan Uighur yang baru. Karena bertikai dengan rajanya, Khaqan Baighu, dia pindah beserta keluarganya dan ratusan keluarga Turkoman lain. Dia menyeberangi tanah genting Muztagh di pegunungan Thian Shan, lantas menuju wilayah sebelah barat yang bergunung-gunung. Atas izin Amir Abdul Mulk (954-961) dari Bani Samaniyah mereka tinggal di wilayah Jundi, dekat Bukhara. Saljug dan para pengikutnya orang Turkoman sangat setia dan aktif membantu Amir al-Muntashir, pengganti amir terdahulu, dalam peperangan melawan Khaqan Uighur. Pada tahun 960 M dia dan pengikutnya merayakan kemenangannya dengan memeluk agama Islam. Tetapi sayang Saljug tewas dalam peperangan berikutnya dalam usia 100 tahun. Putra sulungnya Mikail juga tewas. Hanya empat orang putranya yang masih hidup, yaitu Baighu, Toghrul Beg, Jughar dan Daud.
Sepeninggal panglima Saljug, maka Daud lah yang ditunjuk menggantikan kedudukan sang. Tetapi belum lama memangku jabatan itu Daud gugur di medan perang. Dia digantikan oleh saudaranya yang piawai di medan perang, Toghrul Beg. Ketika kekuasaan Dinasti Samaniyah (875-1008) di wilayah Khurasan (Iran Utara sekarang) dirongrong oleh pasukan Ghaznawi, dinasti Turk yang berkuasa di wilayah India (976-1183) ketika dan dipimpin raja mereka yang masyhur Sultan Mahmud (997-1030), pasukan Saljug membela Dinasti Sammaniyah. Ketika itu pula Daulah Abbasiyah memindahkan ibu kota kerajaan Khurasan dari kota benteng Merw ke Samarqand, di wilayah Mawarannahar antara Sungai Amu Darya dan Sir Darya. Tetapi pada tahun 1005 Amir Ilkhan Sulaiman (pendiri Daulah Ilkhiyah di Ferghana, merebut Samarqand –Tasykent pada zaman Uni Sovyet –. Dinasti atau Daulah Sammaniyah pun tumbang. Pasukan Saljug yang dipimpin Baighu putra Mikhail mundur ke Bukhara dan bertahan di situ. Ketika Baighu meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh Toghrul Beg.
Karir Toghrul Beg yang sebenarnya bermula di sini. Tidak lama setelah menjabat panglima perang Bani Saljug dia berhasil membebaskan Mawarannahar dari tangan orang-orang Ilkhiyah dan kemudian merebut pula wilayah Khwarizmi yang beribukota di Khiva, antara laut Ural dan Kaspia. Demikianlah kemenangan pada pada tahun 1037 itu merupakan awal berdirinya Bani Saljug. Samarqand dipilih sebagai ibukota kerajaannya. Seperti Daulah Ghaznawiyah, Ilkhiyah dan Samaniyah, Daulah Saljug memilih mazhab Sunni.
Pada tahun 1041 Toghrul Beg merebut Khurasan. Ibukota kesultanan Saljug lantas dipindah ke Nisyapur, yang sejak lama merupakan ibukota Khurasan dan merupakan kota yang makmur dan strategis. Mendengar kemenangan pasukan Saljug di Khurasan, khalifah al-Qa`im Billah di Baghdad segera mengirim utusan ke Nisyapur dan mengelu-elukan kemenangan tersebut. Setelah itu Toghrul Beg mengirim surat ke Baghdad menyatakan kesetiaannya kepada khalifah Abbasiyah dan berjanji akan berjuang membela Islam dari orang yang hendak merusaknya.
Kejayaan gemilang Bani Saljug dicapai tidak lama setelah mereka menduduki Khurasan. Pada tahun 1050 Toghrul Beg menggempur pasukan Daulah Buwayh, yang telah lama menguasai beberapa wilayah kekhalifatan Abbasiyah, meliputi Isfahan, Irak Barat, Azerbaijan, Mosul dan Nissibin di perbatasan wilayah Anatolia (Turki sekarang) yang dikuasai kekaisaran Byzantium.
Pasukan Daulah Buwayh, yang telah menduduki kota Baghdad sejak tahun 945, pada tahun 1055 akhirnya lari pontang panting mendapat serangan pasukan Bani Saljug. Pada tahun itu pula kota Baghdad dibersihkan dari orang-orang Buwayuh. Khalifah al-Qa`im Billah menyambut gembira kemenangan pasulan Saljug dan segera memberi gelar al-mulk (raja) kepada Toghrul Beg. Sejak itu dia resmi memakai gelar Muluk Toghrul Beg.
Pada tahun 1057 Toghrul Beg memimpin pasukannya menyerbu Iraq Utara dan Nissibin. Setelah kemenangan di kedua wilayah itu Toghrul harus berhadapan dengan komplotan pemberontak pimpinan Arselan Basasiri, yang didukung oleh Daulah Bani Fathimiyah di Mesir. Beberapa waktu lamanya pembrontak menduduki Baghdad berkat bantuan tentara Fathimiyah, yang memang bermaksud menduduki ibukota kekhalifatan Abbasiyah. Dalam peperangan yang sengit pada akhirnya pemberontakan Basasiri bisa ditumpas. Khalifah al-Qa`im dibebaskan dari penjara dan kedaulatan Bani Abbasiyah segera dipulihkan.
Sejak peristiwa itu kekuasaan Bani Saljug kian luas, membentang dari perbatasan Thian Shan di sebelah timur sampai perbatasan Byzantium di sebelah barat; lalu ke selatan meliputi wilayah Iran Selatan, yang sebelumnya dikuasai Daulah Buwayh. Pada tahun 1059 dia menetap di Baghdad dan mengendalikan pemerintahan kesultanan Saljug dari situ. Wilayah kesultanan Saljug di Asia Tengah, dengan ibukota Nisyapur, diserahkan kepada keponakannya Alp Arselan.
Tugas berat yang dihadapi Toghrul Beg sebagai sultan Saljug pertama yang mengendalikan pemerintahan dari pusat kekhalifatan di Baghdad ialah memulihkan keamanan dan stabilitas di berbagai wilayah yang selama bertahun-tahun dilanda berbagai kekacauan, kerusuhan dan peperangan. Akibat keadaan yang benar-benar anarkis itu negeri-negeri Islam terpuruk dalam krisis ekonomi dan keuangan yang parah. Dengan sendirinya pula demoralisasi dan ancaman disintegrasi semakin nyata. Di antara akibat-akibat disebabkan kekacauan dan peperangan selama bertahun-tahun itu ialah:
1. Pertanian terbengkalai, padahal pertanian yang merupakan sektor penting kehidupan masyarakat. Karena seringnya terjadi kekacauan dan kerusuhan di berbagai wilayah maka para petani merasa tidak aman lagi mengolah tanah pertaniannya. Gangguan para preman, penyamun dan perampok sudah sering terjadi. Akibatnya harga barang kebutuhan pokok melambung tinggi dan tidak terjangkau oleh rakyat kebanyakan. Pengangguran merajalela. Ribuan pengemis, gelandangan, pelacur dan penjahat membanjiri ibukota Baghdad dan kota-kota propinsi lain. Di kota-kota kriminalitas meningkat cepat.
2. Pelabuhan-pelabuhan penting seperti Basra dan Kufa tidak lagi disinggahi kapal dagang, sehingga penghasilan dari cukai merosot. Ini disebabkan gangguan para perompak dan pemerasan oleh pejabat-pejabat di pelabuhan terhadap kapal-kapal yang melayari Teluk Persia. Kapal-kapal dagang India, Cina, Nusantara dan Asia Tenggara yang biasanya singgah membongkar muatan di pelabuhan-pelabuhan tersebut, telah mengalihkan pelayaran ke Teluk Aden, untuk selanjutnya membongkar muatan di pelabuhan Kairo, ibukota Daulah Fathimiyah.
Dua persoalan penting di atas berhasil diatasi berkat ketegasan dan tindakan cepat
Toghrul Beg selaku pemimpin baru Dunia Islam Sunni. Dia berhasil memulihkan keamanan di wilayah-wilayah yang masih rusuh dan kacau dengan mengirimkan pasukan gerak cepat yang tangkas. Toghrul Beg juga bertindak tegas terhadap pejabat-pejabat kerajaan yang melakukan pemerasan dan penipuan, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang dihukum pancung. Dalam waktu yang tidak lama tanah-tanah pertanian mulai digarap lagi dengan rasa aman oleh para petani. Kegiatan perdagangan marak kembali dan Teluk Persia kembali dilayari kapal-kapal dagang dari Timur untuk membongkar muatan di pelabuhan Basra dan Kaufa.
Pada tahun 1063 Toghrul Beg melamar putri khalifah al-Qa`im Billah (1031-1174) karena dia tidak mempunyai anak dengan istri pertamanya. Lamaran diterima, walaupun sebelumnya tidak pernah putri-putri khalifah dikawinkan dengan lelaki non-Arab. Namun tidak lama sesudah menikmati bulan madunya yang indah Toghrul Beg meninggal dunia. Waktu itu dia sedang memimpin pasukannya untuk memadamkan kerusuhan yang dilakukan tentara regulernya di Aljibal, Iran Utara, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat setempat. Namun malang, dalam perjalanan dia keletihan dan jatuh sakit. Dia beristirahat di Rayy dan wafat di situ. Sebagai penggantinya ditunjuk Alp Arselan, keponakannya yang semula menjadi Amir Khurasan dengan kedudukan di Nisyapur.
Di bawah komando Alp Arselan yang berpengalaman di medan perang, kerusuhan di Aljibal dapat ditumpas dan tentara Saljug yang melanggar disiplin akhirnya ditindak tegas.
Alp Arselan dan Byzantium
Walaupun semula disangsikan dapat mengemban tugas yang berat sebagai pemimpin baru Bani Saljug, namun dalam kenyataan Alp Arselan melebihi pamannya Toghrul Beg. Kepemimpinannya meninggalkan jejak yang lebih besar dalam sejarah Islam, karena selama kepemimpinannya wilayah kesultanan Saljug kian meluas dan Asia Kecil, yang selama ini dikuasai Byzantium, dapat ditundukkan dan dijadikan negeri kaum Muslimin. Dalam menumpas kerusuhan di Aljibal dia telah memperlihatkan diri sebagai pemimpin yang bijak dan matang perhitungannya, serta dapat bertindak tegas sehingga disegani lawan-lawannya.
Namun kepiawaian dan ketangkasannya dibuktikan dalam perang melawan Byzantium. Belum begitu lama menggantikan pamannya, Byzantium kembali berusaha menduduki wilayah Armenia dan Georgia. Alp Arselan segera mengirim pasukan besar untuk menghalau musuh yang telah menguasai Armenia. Dalam peperangan yang sengit dan jatuh banyak korban di kedua belah pihak itu, pada akhirnya Armenia dan Georgia dapat direbut kembali.
Gerakan pasukan Saljug malah tidak berhenti di situ dalam menghalau musuh yang sejak lama merongrong wilayah kaum Muslimin. Dia memerintahkan pasukannya menyerbu Asia Kecil (Anatolia, Turki sekarang) yang ketika itu berada di bawah kekuasaan kaisar Byzantium. Pada mulanya pasukannya menduduki Galatia dan merebut benteng Melazherid. Pasukannya maju terus. Pada tahun 1070 pecah perang yang sangat dahsyat antara pasukan Saljug dengan Byzantium, yaitu Perang Manzicert. Upaya Byzantium untuk merebut kembali wilayah yang diduduki tentara Saljug harus dibayar dengan jatuhnya korban besar di pihak Byzantium, dan sia-sia menundukkan musuhnya yang tangguh. Alp Arselan berhasil memaksa Kaisar Romanov maju ke meja perundingan dan menandatangani perjanjian damai.
Namun beberapa tahun kemudian perjanjian damai itu dilanggar oleh kaisar Byzantium yang baru. Alp Arselan mengirim utusan ke Konstantinopel (Istanbul sekarang), ibukota Byzantium. Namun utusan itu dihina oleh kaisar Byzantium. Pada tahun 1071 Alp Arselan mengerahkan pasukannya ke Armenia untuk mengusir pasukan Byzantium yang mulai memasuki wilayah itu. Perang dahsyat pecah dan merembet dari kota benteng satu ke kota benteng lain. Apabila pasukan Alp Arselan berhasil menduduki kota Cappadosa dam Galatia, dia pun memasuki wilayah Anatolia lebih ke dalam. Di situ dia berhasil memaksa tuan-tuan tanah Yunani menyerah. Kemudian dia menyerang Lysaonia dan merebut benteng Dubal dan Lystra serta Antiosia. Setelah kota-kota benteng ini ditaklukkan, pasukan Alp Arselan menerobos wilayah Pamfilia dan merebut pelabuhan Perga dan Attalia.
Pada tahun 1071 seluruh wilayah Asia Kecil ditaklukkan kecuali ibukota Konstantinopel. Setelah kemenangannya itu Alp Arselan mengangkat saudara sepupunya Sulaiman ibn Qatlimish menjadi penguasa wilayah Anatolia. Sebelumnya dia adalah panglima perang wilayah perbatasan Iraq Byzantium. Wilayah Anatolia kemudian diberi status otonomi dengan sebutan emirat Kunya atau Konya. Di wilayah inilah pasukan kaum Muslimin bertahan melawan terobosan tentara Mongol setelah Baghdad ditaklukkan pada tahun 1256 M. Tidak lama setelah penaklukan Anatolia itu Alp Arselan meninggal dunia dan digantikan putranya Malik Syah.
Malik Syah dan Perang Salib I
Sultan Malik Syah memegang tampuk pemerintahan selama dua puluh tahun didampingi oleh wazir agung Nizam al-Mulk, seorang negarawan yang handal dan cendekiawan yang mencintai kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya banyak peristiwa sejarah penting terjadi, dan dunia Islam kembali dapat menikmati masa cerah perkembangan ekonomi, agama dan ilmu pengetahuan. Di antara peristiwa penting ialah wafatnya khalifah al-Muqtadi, pembebasan wilayah Syam (Syria dan Palestina sekarang) dari cengkraman Daulah Fathimiyah yang menganut mazhab Syiah Imam Tujuh.
Pembebasan Syam terjadi pada tahun 1075. Dengan pembebasan itu mazhab Sunni dipulihkan lagi di wilayah Syam. Setelah itu Syam dijadikan wilayah taklukan Daulah Saljug dengan status otonomi luas. Namanya diganti menjadi amirat al-Buriyat. Yang diangkat sebagai amir ialah putra Alp Arselan, Tutush. Namun penaklukan Syams menimbulkan peristiwa penting lain dalam sejarah, yaitu tercetusnya Perang Salib I.
Tidak lama setelah pembebasan wilayah Syams, Sultan Malik Syah memimpin pasukan besar memadamkan kerusuhan di Kirman, Iran Selatan dan kemudian menuju Asia Tengah memadamkan pemberontakan besar yang terjadi di situ. Kerusuhan di Asia Tengah terjadi setelah pemecatan 7000 anggota tentara reguler yang tidak disiplin dan merampoki harta benda rakyat. Pasukan Malik Syah berhasil menundukkan para perusuh, menangkap para pemimpinnya dan segera memberikan hukuman berat. Namun pemberontak yang menyerah diampuni.
ada tahun 1090 Sultan Malik Syah merebut wilayah Transoksiana dari cengkeraman Bani Illikhiyah yang membangkang terhadap khalifah Baghdad. Selanjutnya pada tahun 1092 baginda merebut kembali Hejaz dan Yaman, yang sejak tahun 899 dikuasai oleh kelompok pembangkang Qaramithah, salah satu cabang penting dari Syiah Imam Tujuh yang sangat militan dan tangguh dalam peperangan.
Perang Salib bermula pada tahun 1096, setahun setelah Malik Syah wafat. Perang ini bermula dari tersebarnya berita bahwa orang-orang Kristen yang berziarah ke kota suci Yerusalem mendapat perlakuan buruk dari pembesar dan orang-orang Bani Saljug. Berita yang belum tentu benar itu kemudian dilebih-lebihkan. Dikabarkan misalnya bahwa orang-orang Kristen yang berkunjung ke kota suci banyak yang disiksa, dianiaya, diperkosa, dibunuh dan dirampas harta bendanya oleh orang-orang Islam. Ini membangkitan amarah orang-orang Kristen Eropah. Pada tahun 1096 negara-negara Eropah mengirim puluhan ribu tentara Salib I menuju Konstantinopel. Perang Salib I pecah dengan dahsyatnya sampai tahun 1099 dan berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. (Lanjutan Bagian II)

About ahmadsamantho

Salam, Inilah Website Bayt al-Hikmah Samantho. Inilah rumah untuk menampung hikmah yang kudapat selama perjalanan intelektual dan ruhaniku. Mudah-mudahan bisa sharing dengan teman-teman di mana pun berada, dari kelompok sosial dan agama apapun. Karena Hikmah adalah harta berharga yang harus kita kumpulkan dan sebarkan untuk menyempurnakan kemanusiaan kita. Terlahir di kota Hujan Bogor, tepatnya di depan Istana Bogor (RSAD Salak) 14 Januari 1965 dari rahim ibunda Lieke Sri Suryaningsih binti Hussein Martoseputro dan ayahanda Sukarya Danimiharja. Ibuku berdarah Jawa campuran Persia. Ayahku suku Sunda dari Kuningan Jawa Barat. Dia Doktor Ahli Peneliti Utama bidang Bioteknologi Perkebunan di Deptan RI. Aku sangat bangga dengan semangat belajar ayahku dan tradisi ilmiah yang ditanamkannya kepada anak-anaknya. Pendidikan dasar dan menengahku ditempuh di kota kelahiranku Bogor. Selepas dari SMA Negeri 1 Bogor, tahun 1983, aku mulai kuliah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Tapi karena mengalami gejala "Pubertas Aqidah" dan keaktifanku berorganisasi, bekerja sebagai wartawan dan mengaji/mendalami kajian keislaman, membuatku meninggalkan bangku kuliah Fakultas Hukum Unpad di semester 7. Karier kerjaku dimulai sebagai wartawan Majalah Dakwah Islamiyah RISALAH, terbitan PP Persis (ormas Persatuan Islam) di Bandung. Setelah 3 tahun bekerja sebagai Reporter dan Editor/ Redaksi di RISALAH, kemudian pindah menjadi Koresponden majalah KIBLAT Jakarta dan Tabloid Ishlah MUI Bandung. Bosan menjadi wartawan Media Islam yang kembang-kempis, akhirnya membuatku beralih profesi menjadi guru dan pendidik di sekolah swasta Islam. Mulai mengajar Bahasa Indonesia dan sejarah di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Babussalam, Ciburial Bandung, sampai aku menikah tahun 1988 dengan sesama santri di Pesantren al-Qur'an Babussalam, Siti Sumirah, yang dikenalkan oleh Pak Kyai Muhtar Adam kepadaku. Ustadzku KH Dr.Jalaluddin Rakhmat, membekaliku dengan nasihat perkawinan pada aqad nikahku di Mesjid As Salam yang sederhana. Karierku sebagai guru dan pendidik selama 20 tahun, berlanjut di SMP-SMA Insan Kamil Bogor, lalu di SLTP Internat Al-Kausar Sukabumi, milik keluarga Sri Rahayu Fatimah Habibie dan di SMU Plus Muthahhari Jakarta, (yang dikelola Ustadz Jalaluddin Rakmat dan Dr.Haidar Bagir), lalu di SMU Plus Lazuardi (milik Dr. Haidar Bagir.) Sambil mengajar, kuselesaikan kuliah S-1 di FISIP-UT jurusan Administrasi (Manajemen) Pembangunan. Setelah selesai kuliah S-2 Filsafat Islam di ICAS, kini aku bekerja di Islamic College for Advanced Studies (ICAS), mengelola Program BA/Sarjana S-1 Islamic Studies dan Students Affair. Sisa waktu luangku kugunakan untuk mengelola Website The Jalal center for The Enlightenment. Aku sangat menikmati perkerjaanku di dunia akademik, intelektual dan dakwah-sosial di ICAS dan Ikatan Jamaah Ahlul Bayt Indonesia (IJABI). Aku bahagia ditengah segala keterbatasanku yang akhirnya membuatku harus kreatif mengelola semua karunia Ilahi yang telah kuterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar